This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Mei 27, 2010

Festival Seni Asmat: Selamatkan Budaya Papua

 JUBI --- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asmat akan menyelenggarakan festival seni dalam rangka pelestarian budaya Kabupaten Asmat.

Peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut berasal dari anak sekolah tingkat SMP, SMU hingga sanggar seni di wilayah Asmat.

Sekertaris Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Asmat, Donatus Tamot menuturkan, festival seni itu akan diselenggarakan tanggal 27-29 Mei mendatang. “Kami harap Gubernur Papua turun ke daerah dalam pembukaan acara festival ini,” ungkapnya, Selasa (18/5) di ruang kerjanya, Agats.

Sementara itu pendaftaran para peserta festival seni sedang berjalan hingga 22 Mei mendatang bertempat di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asmat pada setiap hari jam kerja.

Berbagai perlombaan akan digelar di sini. Seperti tari kreasi, musik rakyat, tari balada Cendrawasih, drama, lomba ukir tingkat SMP, serta lomba karya ilmiah dengan judul ‘Pentingnya Sagu Bagi Orang Asmat’.

“Festival kali ini adalah yang kedua kali, sebelumnya pada tahun 2009 kemarin,” ujarnya.  Katanya kegiatan festival seni itu difokuskan kepada kelompok anak muda sebagai harapan masa depan Asmat. “Jadi festival seni ini berbeda dengan festival budaya,” tambahnya.

Dikatakan Tamot, festival seni ini dilakukan sebenarnya memperingati moment Ulang Tahun Kabupaten Asmat, yaitu tiap tahun dalam bulan Mei. 

Direncanakan ajang festival bertemakan ‘Selamatkan Lingkungan Hidup Untuk Kebudayaan Papua’ itu dihadiri oleh gubernur Papua, Barnabas Suebu. Melalui kreativitas seni ini diharapkan agar mampu mewujudkan martabat orang Asmat dan Papua umumnya, agar berkontribusi menyelamatkan budaya sebagai sumber hidup orang Papua. (Willem Bobi)


Sumber: http://tabloidjubi.com

Mei 01, 2010

Museum Loka Budaya

Museum Loka Budaya sudah ada sejak 1970 tetapi baru diresmikan pada 1973. Pada awalnya Museum Loka Budaya berada di bawah Lembaga Antropologi Universitas Cenderawasih. Dengan SK Rektor tanggal 4 Juli 1990 Museum Loka Budaya dijadikan UPT (Unit Pelaksana Teknis) yang berada di bawah pengawasan Rektor Universitas Cenderawasih.

Visi museum adalah menjadikan UPT ini sebagai pusat informasi kebudayaan material Suku Bangsa Papua. Sementara misi museum adalah meningkatkan kepekaan dan kepedulian terhadap budaya Papua melalui kebudayaan materi sebagai salah satu jatidiri masyarakat.

KOLEKSI

Museum Loka Budaya menyimpan koleksi berjumlah 2.000, terdiri atas benda-benda etnografi suku bangsa yang berada di Papua.

ALAMAT

Jalan Raya Abepura – Sentani,
Kelurahan Hedam, Kecamatan Abepura,
Kabupaten Jayapura, Papua

JAM KUNJUNG

Senin – Jumat: 08.00 – 15.00
Sabtu: 08.00 – 14.00
Minggu: Tutup

KARCIS MASUK

Gratis

April 20, 2010

Tablanusu dan Festival Danau Sentani 2010

Di sana pulauku yang kupuja selalu

Tanah Papua pulau indah

Hutan dan lautmu membisu selalu

Cenderawasih burung emas.

Gunung-gunung, lembah-lembah yang penuh misteri

Yang ku puja selalu keindahan alammu yang mempesona

Sungaimu yang deras mengalirkan emas

Oh, ya Tuhan terima kasih.

Lagu “Tanah Papua” gubahan almarhum Arnold Clemens Ap, Pimpinan Grup Mambesak Museum dan Lembaga Antropologi Universitas Cenderawasih, menggambarkan begitu agungnya Tanah Papua, nikmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Identitas diri dari negeri yang kaya dan dekat dengan alam.

Berkunjung ke ujung timur Indonesia itu, bumi Papua, sekarang bukan lagi hal yang meragukan atau membingungkan oleh kurangnya informasi. Karena sekarang pemerintah daerah Papua telah berbenah diri dan menyadari potensi keindahan wisata yang dimilikinya.

Kini telah hadir Kampung Wisata Tablanusu. Dari Bandar Udara Sentani hanya berjarak 45 km dan Kampung Tablanusu dapat ditempuh 30 menit dengan kendaraan darat ke Depapre dan 10 menit naik perahu.

Sepanjang jalan kita akan melintasi tempat bersejarah yaitu pelabuhan pendaratan tentara sekutu Amerika Serikat pada perang Dunia ke II. Kita bisa melihat sisa-sisa peninggalan tentara sekutu karena kampung ini pernah menjadi salah satu basis tentara sekutu di kawasan timur Indonesia. Landasan meriam dan dermaga bekas pendaratan tentara sekutu adalah di antara sisa-sisa Perang Dunia II yang masih dapat dijumpai di sini. Ini salah satu bukti sejarah yang menyempurnakan Kampung Tablanusu menjadi daerah yang sangat berpotensi untuk menjadi “Desa Wisata.”

Tablanusu adalah sebuah Kampung di Distrik Depapre Kabupaten Jayapura. Terletak di pinggiran pantai, mempunyai pesona alam yang sangat indah. Di sepanjang pantai dan kampung Tablanusu terdapat “batu alam hitam” yang menjadi kelebihan Tablanusu dari kampung lain di Papua. Tablanusu berasal dari kata “Tepuaonusu” yang memiliki arti: Tepera adalah nama sebuah suku dan Onusu artinya Turunnya Matahari (sunset).

Selain Batu Alam Hitam, Tablanusu juga mempunyai dua buah pulau kecil tidak berpenghuni, menurut cerita konon pulau ini timbul dari akibat terjadinya Tsunami. Pulau yang ditempuh dengan berperahu hanya beberapa menit saja ini, ditumbuhi tanaman Anggrek yang menjadi khas Papua. Pulau tersebut juga menjadi persinggahan dari berbagai macam jenis burung. Burung-burung itu hinggap berjejer di ranting pepohonan dan membentuk sebuah pemandangan yang indah menjelang matahari terbenam.

Hamparan pantai Tablanusu bagaikan sebuah teluk kecil sehingga sejauh mata memandang akan melihat keindahan kampung. Dengan luas 230,5 hektar, kampung Tablanusu memiliki populasi penduduk 402 orang yang terdiri dari 230 orang pria dan 172 orang wanita oleh 10 suku.

Di pantai dengan laut yang bening dan tenang mampu memuaskan wisatawan yang ingin berenang atau menyelam. Ketika menyelam, wisatawan dapat melihat kekayaan bawah lautnya, seperti terumbu karang yang masih terjaga kelestariannya dan aneka jenis ikan yang berenang secara bergerombolan. Bila beruntung, di sini wisatawan dapat melihat ikan hiu.

Bagi yang berhasrat mencari ikan bersama nelayan di daerah ini, datanglah ke Pantai Tablanusu pada malam hari. Sebagaimana nelayan pada umumnya, nelayan di sini juga pergi melaut pada malam hari, terutama pada saat langit gelap. Sebab, pada waktu itulah ikan lebih mudah ditangkap. Selain mengandalkan kail dan tombak, nelayan di kawasan ini kerap pula mencari ikan dengan cara menyelam hingga ke dasar laut ditemani cahaya senter.

Festival Danau Sentani 2010

Danau Sentani berada 70-90 m di atas permukaan laut. Terletak juga di antara pegunungan Cyclops. Merupakan danau Vulkanik. Sumber airnya berasal dari 14 sungai besar dan kecil dengan satu muara sungai, Jaifuri Puay. Di wilayah barat, Doyo lama dan Boroway, kedalaman danau sangat curam. Sedangkan sebelah timur dan tengah, landai dan dangkal, Puay dan Simporo. Disini juga terdapat hutan rawa di daerah Simporo dan Yoka. Dalam beberapa catatan disebutkan, dasar perairannya berisikan substrat lumpur berpasir (humus). Pada perairan yang dangkal, ditumbuhi tanaman pandan dan sagu. Luasnya sekitar 9.360 Ha dengan kedalaman rata rata 24,3 meter. Di sekitaran danau ini terdapat 24 kampung.

Kota Sentani yang terletak di Kabupaten Jayapura menyimpan banyak sekali keindahan alam, agar nilai-nilai adat dan budaya, seni suku-suku di sekitar kawasan Danau Sentani tidak ikut memudar di makan zaman, festival Seni Budaya Sentani dianggap perlu diselenggarakan.

Festival Budaya Danau Sentani 2010 akan diselenggarakan pada tanggal 19-23 Juni 2010 di Kawasan Wisata Kalkote danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Event Ini merupakan festival budaya dari beberapa kampung (Ondoafi) di sekitar Danau Sentani dan beberapa Kabupaten di Papua sebagai salah satu dari upaya Kabupaten Jayapura untuk mendukung Program Pemerintah Republik Indonesia untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Indonesia.

Festival Danau Sentani 2010 ini dimaksudkan untuk melestarikan nilai-nilai budaya sebagai aset unik dari Ondoafi dan dijadikan satu paket wisata yang dapat dinikmati oleh para wisatawan domestik dan asing. Pada festival ini akan ditampilkan budaya yang sangat unik sebagai warisan dari nenek moyang (Ondoafi atau Ondofolo) antara lain seperti Tari Perang di atas perahu dan tarian-tarian tradisional lainnya dari berbagai suku yang ada di Kabupaten Jayapura ditambah lagi dengan budaya dari daerah-daerah lain di Papua dan juga daerah lainnya di Indonesia yang mempunyai ciri hampir sama dengan Danau Sentani seperti masyarakat di sekitar Danau Toba di Sumut, Danau Mindanao di Sulawesi Utara, Danau Tempe di Sulsel dan sebagainya.

Konsultan Pariwisata Jayapura, Mian Simanjutak mengatakan hal itu kepada Antara, Senin (1/2/2010) bersama dengan Bupati Jayapura Habel Melkias Suwae. Menurut Mian, festival yang akan menampilkan berbagai budaya yang ada di Jayapura itu memang bertujuan untuk menjadikan daerah itu sebagai salah satu tujuan wisata. “Di saat Jayapura menjadi tujuan wisata nantinya, maka masyarakat sudah siap menerimanya sehingga bisa memberikan manfaat langsung kepada masyarakat,” ujarnya.

Ia mengatakan, sebagian masyarakat belum siap menerima kedatangan wisatawan sehingga masih dibutuhkan waktu lagi untuk menyadarkannya akan pentingnya wisata. “Jangan sampai nantinya masyarakat hanya akan menjadi penonton saat wisatawan asing datang. Jika itu yang terjadi maka masyarakat justru melakukan tindakan negatif, misalnya merusak obyek wisata,” ujarnya.

Sementara Bupati Jayapura Habel Melkias Suwae menambahkan, salah satu atraksi budaya yang pernah ditampilkan di festival itu (tahun 2008 dan 2009) adalah menari di atas perahu sebagai bagian dari budaya adat Sentani. Menari di atas perahu itu membutuhkan kemampuan khusus sebab bisa menyebabkan perahu oleng dan tercebur ke air. Menari di atas perahu itu biasanya dilakukan saat warga membawa kayu yang akan dipakai untuk membuat rumah pertemuan adat.

Selain itu, ada atraksi merokok di atas air yang dilakukan oleh wanita yang tinggal di sekitar Danau Sentani. Kegiatan merokok itu dilakukan untuk melawan rasa dingin saat mereka menyelam danau untuk menangkap ikan.

“Sebelum masuk ke danau, wanita itu merokok lalu bagian apinya dimasukkan ke dalam mulut. Dengan api rokok dalam mulut mereka masuk ke dalam danau untuk menangkap ikan,” katanya.

Ketua Panitia FDS 2010, Ir. Anna Saway mengatakan FDS kali ini akan menampilkan 3 konsep seperti pagelaran, pameran dan tour. Selain itu, Festival Budaya yang berbasis masyarakat, karena masyarakat yang akan berperan didalamnya, dengan menampilkan hasil kerajinan maupun kuliner khas Papua.

Ada pun beberapa rincian kegiatannya adalah tarian kolosal Papua, lomba budaya, lomba olahraga air, gema tifa kolosal, promosi dan pameran potensi ekonomi, kuliner khas Papua dan nusantara, kerajinan rakyat Papua, pesona anggrek dan tanaman hias khas Papua, field trip keliling danau Sentani, field trip kampung wisata laut Tablanusu, seremoni tugu sejarah perang dunia II Jepang di Genyem, pesona kembang api di atas Danau Sentani.

Perlombaan seni budaya dan olah raga air antara lain lomba perahu hias, lomba ukir, lukis dan disain rumah adat, lomba anyam rambut dan tattoo tradisional, pidato berbahasa daerah, lomba dayung, selam dan renang di Danau Sentani.

Pagelaran seni budaya menggelar antara lain berbagai tarian tradisional dan sendra tari “kaping-kaping rahasia awal Danau Sentani” di pelataran atau di atas perahu oleh masyarakat adat dengan ritme keunikan masing-masing dan penampilan secara kolosal diiringi musik rakyat, suling, tambur dan lagu rakyat dengan aneka permainan rakyat termasuk tarian nusantara yang ditampilkan selama 5 hari penuh.

Sebagai tema yang dipakai kali ini adalah Loving Culture For Our Future. Cinta Budaya Untuk Masa Depan kita yang dimotivasi oleh kecintaan terhadap keberadaan manusia melalui penguatan karakter budaya sebagai bagian hidup. Semoga acara berjalan dengan baik, seperti yang diharapkan oleh Bupati Jayapura, Habel Melkias Suwae agar kiranya acara ini untuk kepuasan semua pihak dan kekerabatan sesama kita, serta kekerabatan kita dengan alam. (Edi Santana Sembiring)

Sumber: Kompas

April 08, 2010

Masyarakat Berperan Sebagai Sumber Informasi Arkeologi

JAYAPURA, KOMPAS.com--Masyarakat, terutama para tokoh adat memiliki peran cukup besar sebagai sumber informasi mengenai keberadaan peninggalan arkeologi yang terdapat di seluruh daerah di wilayah Papua.

"Balai Arkeologi Jayapura sejauh ini telah mendata potensi sumber daya arkeologi yang ada di wilayah kerja Papua dan Papua Barat, tapi jumlah ini masih sedikit dibandingkan kenyataan yang sebenarnya di lapangan," kata Kepala Balai Arkeologi Jayapura, M Irfan Mahmud MSi di Jayapura, Rabu.

Dia mengatakan, pihaknya sangat berharap masyarakat bisa memberikan informasi mengenai keberadaan potensi arkeologi di daerah karena sangat membantu pekerjaan penelitian dan pengembangan peninggalan sejarah tersebut.

Oleh sebab itu, menurut Irfan, Balai Arkeologi Jayapura senantiasa menjalin kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan dalam hal pengelolaan situs-situs bersejarah. Misalnya dengan perguruan tinggi, tokoh adat, tokoh masyarakat serta pemerintah daerah.

"Dengan kemitraan ini, penelitian, pengembangan dan pengelolaan peninggalan arkeologi di seluruh wilayah Papua bisa berjalan baik sehingga bisa memberi kontribusi bagi pembangunan daerah," ujarnya.

Selama 14 tahun usianya, Balai Arkeologi Jayapura telah menjangkau 25 situs dari 89 situs yang telah terdata dengan rata-rata penelitian dua kegiatan setiap tahun.

Irfan mengatakan, untuk mengoptimalkan tugas penelitian arkeologi di Papua, Balai Arkeologi Jayapura membagi enam daerah penelitian yang menjangkau seluruh wilayah kerja yang meliputi Papua dan Papua Barat.

Keenam wilayah penelitian tersebut terdiri dari kawasan Kepala Burung yang meliputi Kabupaten Sorong, Sorong Selatan, Raja Ampat dan Manokwari.

Berikutnya adalah kawasan Teluk Bintuni, terdiri dari Kabupaten Teluk Bintuni, Teluk Wondama, Kaimana dan Fakfak dan kawasan Teluk Cenderawasih yang meliputi Kabupaten Waropen, Yapen, Paniai, Nabire, Biak Numfor dan Supiori.

Sementara itu, kawasan Pegunungan Tengah mencakup Kabupaten Pegunungan Bintang, Jayawijaya, Tolikara, Yahukimo, Puncak Jaya dan Mimika.

Adapun di kawasan Budaya Selatan, kabupaten yang menjadi fokus penelitian Balai Arkeologi Jayapura adalah Kabupaten Merauke, Boven Digoel, Mappi dan Asmat.

Sedangkan Kabupaten Jayapura, Keerom, Sarmi dan Mamberamo Raya termasuk daerah penelitian di Kawasan Pantai Utara atau Budaya Tabi.

Sumber: Kompas

Maret 09, 2010

Pelestarian sumber daya budaya Papua

Jayapura, - Pelestarian sumber daya budaya Papua harus menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah sehingga dapat menunjang sektor lainnya seperti ekonomi, pendidikan dan sosial budaya.

"Selama ini pelestarian sumber daya budaya Papua belum menjadi prioritas pembangunan daerah. Bahkan, sering kali hanya dijadikan alat politik praktis kelompok tertentu," kata Peneliti Balai Arkeologi Jayapura, Hari Suroto di Jayapura, Minggu.

Dia mengatakan, pelestarian sumberdaya budaya sesuai dengan amanat Undang undang nomor 21 tahun 2009 tentang Otonomi Khusus Papua yang menegaskan bahwa kebudayaan Papua adalah urat nadi dalam memahami dan mengembangkan masyarakat.

"Artinya, segala sumberdaya yang ada dikerahkan dalam kerangka memahami identitas masyarakat Papua," ujar Hari.

Menurut dia, pembangunan kebudayaan Papua penting untuk melestarikan kebudayaan masyarakat setempat sehingga semakin mengukuhkan jati diri dan identitas orang Papua, walaupun berada dalam kondisi peradaban yang maju dan modern.

Selanjutnya dia mengatakan, pembangunan kebudayaan di Papua juga bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat karena ikut menunjang sektor pariwisata yang bisa memberikan dampak pada peningkatan pendapatan masyarakat.

"Pariwisata bisa membuka berbagai lapangan kerja seperti perhotelan, bisnis kuliner, transportasi sehingga setiap kunjungan wisatawan bisa memberi pemasukan bagi daerah," kata Hari.

Selain itu, pelestarian kekayaan budaya dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan sehingga meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan.

"Penghargaan terhadap budaya ini akan menumbuh kembangkan kreativitas dan aktivitas serta kualitas karya budaya masyarakat yang unik dan menarik perhatian wisatawan," ujar Hari.

Papua yang memiliki lebih dari 250 etnik telah beberapa kali menggelar kegiatan kebudayaan yang menampilkan keragaman budaya masyarakat baik berupa pertunjukan seni, praktik sosial, ritual serta kerajinan sosial.

Pada 2009 lalu, Pemerintah Kota Jayapura menggelar Festival Budaya Teluk Humbold yang menyuguhkan tradisi masyarakat setempat.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Jayapura juga memiliki kegiatan budaya tahunan yakni Festival Danau Sentani (FDS) yang menjadi festival budaya dari berbagai kampung di sekitar danau tersebut dan beberapa kabupaten di Papua.

Adapun masyarakat di Kabupaten Jayawijaya, setiap tahun menggelar Festival Lembah Baliem yang cukup menarik perhatian wisatawan manca negara.

sumber: arkeologi.web.id

Oktober 30, 2009

Sistem Pertanian

Wamena adalah ibukota Kabupaten Jayawijaya yang terletak di lembah baliem didominasi suku Dani. Lembah Baliem merupakan lembah daerah datarin tinggi (1500-2000 m dpl). Ubi jalar yang lebih dikenal namanya hipere merupakan makanan pokok penduduk asli suku Dani. Teknik dan cara budidaya usahatani hipere mereka lakukan secara tradisional dan sudah dilakukan secara turun temurun.

Petani suku Dani menanam ubi jalar pada tumpukan-tumpukan tanah berbentuk guludan tunggal yang lebih dikenal dengan cuming. Di atas cuming ditanam satu stek ubi jalar. Varietas yang ditanam petani umumnya adalah varietas lokal (helaleke), disamping itu petani sudah mengadopsi varietas Papua Salossa, Papua Patippi dan Cangkuang. Varietas ini merupakan hasil kerjasama Balitkabi, BPTP Papua dan ACIAR.

Pembagian kerja dalam pengelolaan usahatani ubi jalar cukup jelas. Mengolah tanah dilakukan oleh pria, sedangkan wanita melakukan penanaman, pemanenan, menjual serta memasak. Kaum pria mengolah lahan dengan menggunakan peralatan skop, parang, garpu dan linggis. Petani tidak menggunakan pacul.

Kondisi alam yang berbukit-bukit dan bergelombang menyebabkan sebagian lahan pertanaman ubi jalar ditanam di lereng-lereng perbukitan. Petani membuat lahan tegak lurus kontur, tidak searah kontur (Lihat gabar di bawah ini). Petani beralasan ubi jalar yang ditanam pada lahan tegak lurus kontur memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan ubi jalar yang ditanam pada lahan searah kontur.

Menurut petani suku Dani, ubi jalar yang ditanam pada lahan searah kontur akan menyebabkan air tertahan pada bedengan sehingga menyebabkan ubi jalar kurang manis dan mereka tidak menyukai rasanya. Dalam menyikapi hal ini, BPTP Papua telah melakukan sosialisasi tentang pembuatan lahan searah kontur untuk mengurang laju erosi. Bagaimanapun sosialisasi tersebut terhambat karena sulit untuk merubah kebudayaan lokal yang sudah diterapkan selama turun-temurun. Masih dibutuhkan waktu lagi untuk memberikan pemahaman kepada petani tentang bahaya erosi pada lahan yang berada di lerang bukit.

Dalam pengolahan lahan, petani telah menerapkan prinsip-prinsip LEISA (low external input suistenable agriculture). Petani tidak menggunakan pupuk an organik seperti merek dagang Urea, SP-36 dan KCl dan tidak menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama penyakit. Kebijakan Pemerindah daerah Kabupaten Jayawijaya tentang pelarangan penggunaan pupuk an organik dan pestisida perlu didukung untuk menjadikan daerah ini sebagai kawasan “organik” .

Untuk mengurangi resiko kegagalan panen serta meningkatkan ketahanan pangan di daerah ini, BPTP Papua mengintroduksi pertanaman multikultur serta tumpangsari. Salah satu tempat introduksi tersebut adalah pada kelompok tani wanima-2 di kampung Wanima, distrik Hubikosi.

BPTP Papua mulai memperkenalkan tanaman lain selain ubi jalar seperti kentang yang bibitnya diperoleh dari hasil kultur jaringan Balitsa, jagung dan kedelai. Semua tanaman tersebut dibudidayakan secara organik. juga sudah mulai diperkenalkan sistem tanaman secara tumpang sari. Kegiatan introduksi ini diharapkan dapat meningkatkan ketahanan penduduk lokal serta memberikan alternatif bahan pangan.

Dalam cara pengolahan tanah BPTP Papua juga memperkenalkan sistem bedengan. Dengan penerapan bedengan ini tentu diharapkan hasil panen yang maksimal. Struktur tanah di wamena cenderung liat. Kondisi ini menyebabkan tanah cepat banjir ketika hujan dan cepat kering ketika tidak mendapat hujan. Tidak ada sistem irigasi, kebun mengandalkan sistem tadah hujan. Hasil olahan tanah menggunakan sekop dan garpu berupa bongkahan-bongkahan tanah.

Panen dilakukan oleh kaum wanita. mereka menggunakan linggis atau kayu untuk mencari-cari ubi yang siap panen di dalam tumpukan tanah. Setelah menemukan ubi jalar yang siap di panen, tanah dibuka untuk mengambil ubi tersebut. Setelah ubi dikeluarkan dari tanah lalu tanah ditimbun kembali. Cara ini merupakan salah satu penyimpanan ubi jlar segar buntuk ketahanan pangan keluarga. Ubi-ubi tersebut dikumpulkan ke dalam noken, yaitu semacam tas khas lokal yang digantungkan dikepala. Kaum wanita akan membawa ubi jalar dalam noken tersebut ke rumah untuk di makan anggota keluarga.

Cara masyarakat mengolah ubi jalar secara turun-temurun adalah dengan bakar batu. Batu di bakar menggunakan kayu api. Setelah panas, batu diangkat menggunakan penjepit dari kayu dan dimasukan ke dalam lubang yang telah dipersiapkan di tanah. Lalu di atas batu ditumpuk ubi jalar, sayuran dan babi serta ditutup lagi dengan batu dan dedaunan. Terkadang pada bakar batu hanya berisi ubi jalar saja, tidak dengan sayur atau babi. Setelah matang, tumpukan dibuka dan ubi jalar tersebut dibagi secara merata kepada anggota keluarga atau kelompok.

Setiap budaya memiliki caranya masing-masing untuk hidup. Kita tidak bisa mengatakan suatu budaya itu baik atau buruk. Jika pihak lain memaksakan kebudayaannya maka akan terjadi benturan kebudayaan yang kadang berakibat fatal. Tulisan ini mencoba untuk memberikan gambaran mengenai kebudayaan ubi jalar di daerah lembah baliem tersebut agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat bekerjasama untuk menyelesaikan masalah kerawanan pangan di daerah ini (Adnan dan Afrizal Malik).

Sumber: http://papua.litbang.deptan.go.id

September 17, 2009

Papua TV membuka lowongan Kerja

Tabea...............

Family smua, saat ini Papua TV membuka lowongan bagi mereka yang tertarik bekerja di dunia pertelevisian.

Lowongan yang di buka:

1. Reporter dan Presenter
2. Cameraman
3. On Air Crew
4. Mechanical Electronical
5. Program Director Berita
6. Audioman/women
7. Swicher
8. Lighting
9. Camstore
10. Desain Grafis
11. Staf Marketing
12. Marketing
13. Staf Umum


Persyaratan:

1. Daftar Riwayat Hidup
2. Salinan ijazah terakhir yang di legalisir
3. Salinan KTP dan KK
4. Surat keterangan catatan polisi
5. Pas foto ukuran 4 X 6 (3 lembar)
6. Surat pengalaman kerja bagi yang sudah berpengalaman
7. Surat pernyataan bukan sebagai pengurus partai politik
8. Bagi pelamar wanita harus ada ijin tertulis dari orang tua/wali atau suami dan tidak dalam keadaan hamil

usia minimal 18 thn dam maksimal 30 thn

batas terakhir lamaran masuk tanggal 3 oktober 2009

Trimaksih........
TABEA MUFA...............

Lamaran di tujukan kepada:

DIREKTUR UTAMA
Cq. HRD
PT. TELEVISI MANDIRI PAPUA
GEDUNG BANK PAPUA Lt. VI
Jl. Ahmad Yani no. 7 Jayapura
Telp/Fax: 0967-522666/522019

Recommended