This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan

Mei 01, 2010

Museum Loka Budaya

Museum Loka Budaya sudah ada sejak 1970 tetapi baru diresmikan pada 1973. Pada awalnya Museum Loka Budaya berada di bawah Lembaga Antropologi Universitas Cenderawasih. Dengan SK Rektor tanggal 4 Juli 1990 Museum Loka Budaya dijadikan UPT (Unit Pelaksana Teknis) yang berada di bawah pengawasan Rektor Universitas Cenderawasih.

Visi museum adalah menjadikan UPT ini sebagai pusat informasi kebudayaan material Suku Bangsa Papua. Sementara misi museum adalah meningkatkan kepekaan dan kepedulian terhadap budaya Papua melalui kebudayaan materi sebagai salah satu jatidiri masyarakat.

KOLEKSI

Museum Loka Budaya menyimpan koleksi berjumlah 2.000, terdiri atas benda-benda etnografi suku bangsa yang berada di Papua.

ALAMAT

Jalan Raya Abepura – Sentani,
Kelurahan Hedam, Kecamatan Abepura,
Kabupaten Jayapura, Papua

JAM KUNJUNG

Senin – Jumat: 08.00 – 15.00
Sabtu: 08.00 – 14.00
Minggu: Tutup

KARCIS MASUK

Gratis

April 08, 2010

Masyarakat Berperan Sebagai Sumber Informasi Arkeologi

JAYAPURA, KOMPAS.com--Masyarakat, terutama para tokoh adat memiliki peran cukup besar sebagai sumber informasi mengenai keberadaan peninggalan arkeologi yang terdapat di seluruh daerah di wilayah Papua.

"Balai Arkeologi Jayapura sejauh ini telah mendata potensi sumber daya arkeologi yang ada di wilayah kerja Papua dan Papua Barat, tapi jumlah ini masih sedikit dibandingkan kenyataan yang sebenarnya di lapangan," kata Kepala Balai Arkeologi Jayapura, M Irfan Mahmud MSi di Jayapura, Rabu.

Dia mengatakan, pihaknya sangat berharap masyarakat bisa memberikan informasi mengenai keberadaan potensi arkeologi di daerah karena sangat membantu pekerjaan penelitian dan pengembangan peninggalan sejarah tersebut.

Oleh sebab itu, menurut Irfan, Balai Arkeologi Jayapura senantiasa menjalin kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan dalam hal pengelolaan situs-situs bersejarah. Misalnya dengan perguruan tinggi, tokoh adat, tokoh masyarakat serta pemerintah daerah.

"Dengan kemitraan ini, penelitian, pengembangan dan pengelolaan peninggalan arkeologi di seluruh wilayah Papua bisa berjalan baik sehingga bisa memberi kontribusi bagi pembangunan daerah," ujarnya.

Selama 14 tahun usianya, Balai Arkeologi Jayapura telah menjangkau 25 situs dari 89 situs yang telah terdata dengan rata-rata penelitian dua kegiatan setiap tahun.

Irfan mengatakan, untuk mengoptimalkan tugas penelitian arkeologi di Papua, Balai Arkeologi Jayapura membagi enam daerah penelitian yang menjangkau seluruh wilayah kerja yang meliputi Papua dan Papua Barat.

Keenam wilayah penelitian tersebut terdiri dari kawasan Kepala Burung yang meliputi Kabupaten Sorong, Sorong Selatan, Raja Ampat dan Manokwari.

Berikutnya adalah kawasan Teluk Bintuni, terdiri dari Kabupaten Teluk Bintuni, Teluk Wondama, Kaimana dan Fakfak dan kawasan Teluk Cenderawasih yang meliputi Kabupaten Waropen, Yapen, Paniai, Nabire, Biak Numfor dan Supiori.

Sementara itu, kawasan Pegunungan Tengah mencakup Kabupaten Pegunungan Bintang, Jayawijaya, Tolikara, Yahukimo, Puncak Jaya dan Mimika.

Adapun di kawasan Budaya Selatan, kabupaten yang menjadi fokus penelitian Balai Arkeologi Jayapura adalah Kabupaten Merauke, Boven Digoel, Mappi dan Asmat.

Sedangkan Kabupaten Jayapura, Keerom, Sarmi dan Mamberamo Raya termasuk daerah penelitian di Kawasan Pantai Utara atau Budaya Tabi.

Sumber: Kompas

Agustus 25, 2009

Kebudayaan Papua Hadapi Masalah Pewarisan

TEMPO Interaktif, Jayapura:Wakil Gubernur Papua, Alex Hesegem, menyatakan kebudayaan Papua saat ini memiliki masalah pewarisan. Sebab, potensi budaya hanya tersimpan pada orang tertentu, terutama orang tua. "Orang muda cenderung meninggalkan akar budaya dan mengikuti tren global," katanya saat membuka Festival Adat Papua, kemarin.

Selain diikuti 14 kabupaten di Provinsi Papua, festival itu juga diikuti Kabupaten Manokwari yang kini menjadi wilayah Irian Jaya Barat. Festival yang akan berlangsung hingga 11 Agustus ini diikuti oleh 662 orang.

Menurut Alex, masih banyak potensi budaya yang belum tergali karena mayoritas penduduk Papua tinggal di kampung-kampung di pedalaman. "Harus dipikirkan, format baru pengembangan budaya yang tak terkikis oleh perkembangan zaman," katanya.

Menurut Ketua Panitia, Septinus Rumaseb, festival ini berisi seni tari, musik, dan sastra tradisional suku-suku di Papua. "Ada juga pameran makanan tradisional, benda budaya, dan obat tradisional," katanya.

Dalam festival ini, sejumlah penari lengkap dengan ikat kepala, bertelanjang dada dan mengenakan rok rumbai-rumbai menyambut para tamu menuju lokasi festival, Taman Budaya Kota Jayapura. Para tamu dan peserta juga mengikuti upacara mengunyah pinang. Pinang merupakan lambang perdamaian di Papua. PRAMONO

Sumber: Tempointeraktif.com

Agustus 20, 2009

PIKON, Alat Musik Tradisional dari Wamena

Pace, Mace..... Alat musik macam gitar, ukulele, tifa, stem bas pasti dorang su tau tooo.... Alat musik ini kalo di mainkan, mmmm trada yang blok... dorang biasa bilang tu musik akustik Papua.

Tong di Papua ni kaya akan berbagai alat musik dari alam, ada yang dorang bikin dari kulit bia (yang biasa di pasang di kaki) ada juga dari kulit bia besar, yang depu nama triton.


Tapi Pace, Maca.... Ada satu alat musik dari Wamena yang dorang bikin dari perdu, namanya pikon. Perdu ini dalam bahasa Wamena dong bilang hite. Hite yang dong pilih untuk buat pikon juga hite yang khusus, karena ada hite yang dong pake untuk buat anak panah.

Pace, Mace.... Pikon ini biasa laki-laki yang main saat dorang istiraha setelah waktu bikin kebun ato saat dorang lagi santai di honai.

Peniup pikon biasanya menirukan suara mama bujuk bayi, suara orang menyanyi atau bahkan suara burung.

Pace, Mace ....alat musik pikon ini menurut Dr Kuntz yang meneliti musik di Papua tahun 1920-an, adalah musik harpa Yahudi kuno.

Jadi... itu suda, tong alat musik pikon dari Wamena.(AnTaH)

Recommended